Pada Kuliah Ramadhan kedua yang diselenggarakan oleh Pesantren Persis 109 Kujang, diadakan Diskusi Interaktif Anak Muda (DIAM) dengan tema “Identitas Santri Zilenial”. Kegiatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami identitas santri dalam konteks generasi milenial dan zilenial yang hidup di era digital.
Generasi zilenial, yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi dan komunikasi. Bagi santri zilenial, tantangan utama adalah bagaimana mempertahankan nilai-nilai tradisional pesantren sambil beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat. Diskusi ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara pemahaman agama yang mendalam dan kemampuan memanfaatkan teknologi secara bijak.
Pesantren memiliki peran krusial dalam membentuk identitas santri. Dengan kurikulum yang mengintegrasikan ilmu agama dan pengetahuan umum, pesantren dapat membekali santri dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman. Selain itu, nilai-nilai seperti kemandirian, disiplin, dan kebersamaan yang diajarkan di pesantren menjadi fondasi kuat bagi santri dalam menjalani kehidupan di era modern.
Santri zilenial menghadapi berbagai tantangan, seperti tekanan media sosial, pergeseran nilai-nilai budaya, dan globalisasi. Namun, mereka juga memiliki peluang besar untuk menjadi agen perubahan positif dengan memanfaatkan teknologi untuk dakwah dan pendidikan. Kemampuan untuk beradaptasi dan inovasi menjadi kunci bagi santri zilenial dalam menjaga relevansi dan kontribusi mereka di masyarakat.
Diskusi Interaktif Anak Muda (DIAM) tentang “Identitas Santri Zilenial” menekankan pentingnya sinergi antara nilai-nilai tradisional pesantren dan dinamika era digital. Dengan pemahaman yang mendalam dan adaptasi yang tepat, santri zilenial dapat memainkan peran signifikan dalam membangun masyarakat yang berakhlak dan berdaya saing di tingkat global.