Ujian dalam dunia pesantren tidak hanya menjadi sarana evaluasi kognitif, tetapi juga bagian integral dari proses tarbiyah (pendidikan dan pembinaan) yang menyeluruh. Ujian Akhir Pesantren (UAP) adalah momentum strategis untuk mengukur capaian intelektual, kedisiplinan spiritual, dan konsistensi dalam hafalan dan pemahaman Qur’an. Di Pesantren Persis 109 Kujang, pelaksanaan UAP tahun ini mengadopsi metode Computer-Based Test (CBT), sejalan dengan transformasi digital dalam pendidikan Islam modern.
Pelaksanaan UAP berbasis CBT memberikan sejumlah keunggulan:
- Efisiensi waktu dan tenaga: Hasil dapat langsung diproses dan dievaluasi.
- Objektivitas dan keadilan: Sistem mengurangi potensi kesalahan koreksi manual.
- Penguatan literasi digital santri: Mempersiapkan mereka menghadapi tantangan abad ke-21.
Studi oleh Harun et al. (2022) menunjukkan bahwa penggunaan CBT dalam lingkungan madrasah dan pesantren secara signifikan meningkatkan kesiapan siswa dalam menghadapi era digital, tanpa mengabaikan aspek spiritualitas dan nilai-nilai pesantren.
Pembimbing (musyrif) dan guru memiliki peran sentral dalam membentuk mindset santri menjelang UAP. Pendekatan yang suportif dan empatik terbukti meningkatkan motivasi intrinsik santri. Oleh karena itu, guru sebaiknya tidak hanya berfokus pada penguasaan materi, tetapi juga membimbing aspek emosional dan spiritual.
UAP bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal menuju kedewasaan intelektual dan spiritual. Dengan kesiapan teknis, mental, dan ruhani, santri diharapkan mampu menjadikan ujian ini sebagai ladang amal dan titik tolak untuk fase pendidikan berikutnya, baik di jenjang pendidikan formal maupun dalam memperdalam ilmu agama di pesantren.
“Wamaa taufiiqii illaa billaah.” Semoga Allah SWT memberikan kemudahan, kelancaran, dan keberkahan dalam setiap langkah kita.
